A.
Pengertian Titrasi
- Titrasi adalah suatu
metode penentuan kadar (konsentrasi) suatu larutan dengan larutan lain yang
telah diketahui konsentrasinya
-Titrasi asam basa merupakan analisis kuantitatif untuk menentukan molaritas larutan asam
atau basa. Zat yang akan ditentukan
molaritasnya dititrasi oleh larutan yang molaritasnya diketahui (larutan baku atau larutan
standar) dengan tepat dan disertai penambahan indikator. Fungsi indikator di
sini untuk mengetahui
titik akhir titrasi. Jika indikator yang digunakan tepat, maka indikator tersebut akan
berubah warnanya pada titik
akhir titrasi.Titrasi asam basa merupakan metode penentuan molaritas asam dengan zat penitrasi larutan
basa atau penentuan molaritas
larutan basa dengan zat penitrasi larutan asam. Titik akhir titrasi (pada saat indikator
berubah warna) diharapkan mendekati
titik ekuivalen titrasi, yaitu kondisi pada saat larutan asam tepat bereaksi dengan larutan
basa.
-
Indikator Adalah senyawa yang
sensitif (berubah warna) pada saat analit habis atau pada saat titran berlebih
- Larutan standar adalah larutan yang disiapkan dengan cara menimbang secara akurat
suatu zat yang memiliki kemurnian tinggi dan melarutkannya dengan sejumlah
tertentu pelarut dalam labu ukur
Syarat
zat yang bisa dijadikan standart primer
v Harus 100% murni
v Zat tersebut harus stabil baik pada suhu kamar
ataupun pada waktu dilakukan pemanasan, standart primer biasanya dikeringkan
terlebih dahulu sebelum ditimbang.
v Mudah diperoleh
v Biasanya zat standart primer memiliki Masa molar
(MR) yang besar hal ini untuk memperkecil kesalahan relative atau eror pada
waktu proses penimbangan. Menimbang zat dalam jumlah besar memiliki kesalahan
relative yang lebih kecil dibanding dengan menimbang zat dalam jumlah yang
kecil.
v Zat tersebut juga harus memenuhi persyaratan teknik
titrasi
larutan standart sekunder Adalah larutan dengan konsentrasi
tertentu dan kemudian kita menitrasinya dengan larutan standart primer
Contoh : NaOH
NaOH tidak
bisa dipakai sebagai larutan standart primer disebabkan sifatnya yang
higroskopis. Jadi NaOH menyerap uap air dari lingkungan disekitarnya
Syarat-syarat titrasi
v Reaksi
kimia antar analit dan titrant diketahui dengan pasti dan jelas produk-produk
apa yang akan dihasilkan nantinya. Mana reaktan dan produk apa yang akan
dihasilkan harus jelas dan pasti
v Reaksi
harus berjalan dengan cepat
v Harus
ada sesuatu yang bisa menandakan atau mengindikasikan bahwa reaksi antara
analit dengan titrant sudah equivalent secara stoikiometri, baik itu dengan
perubahan warna, perubahan arus listrik, perubahan pH, dengan penambahan
indicator atau apapun yang bisa digunakan untuk mengamati perubahan tersebut.
v Tidak
ada hal lain yang mengganggu reaksi antara analit dengan titrant
v Reaksi
antara analit dengan titrant harus memiliki kesetimbangan jauh kearah kanan
(artinya kesetimbangannya mengarah kearah pembentukan produk) hal ini untuk
memastikan secara kuantitatif reaksi bisa dihitung, dan memastikan titik akhir
titrasi bisa diamati.
Jika
larutan bakunya asam disebut asidimetri
jika
larutan bakunya basa disebut alkalimetri.
Indikator
asam-basa terletak pada titik ekivalen dan ukuran dari pH
B. Titrasi Basa kuat
oleh Asam Kuat
Larutan yang akan ditentukan kadarnya disebut
sebagai “analit” dan biasanya diletakan di dalam Erlenmeyer, sedangkan larutan
yang telah diketahui konsentrasinya disebut sebagai “larutan standart atau
titer” dan diletakkan di dalam buret.
PERALATAN
v Buret
Untuk
tempat larutan standar, yang dipakai biasanya yang memiliki skala 50 mL, skala
0 terletak diatas dan 50 dibawah, sebelum dipakai ada baiknya buret dibersihkan
dengan larutan K2Cr2O7, kemudian bilas dengan aquades.
v Erlenmeyer
Tempat analit diletakkan, gunakan Erlenmeyer ukuran sedang 250 mL untuk proses titrasi sebab Erlenmeyer ukuran ini enak dipegang dang kita lebih leluasa untuk megocok Erlenmeyer.
Tempat analit diletakkan, gunakan Erlenmeyer ukuran sedang 250 mL untuk proses titrasi sebab Erlenmeyer ukuran ini enak dipegang dang kita lebih leluasa untuk megocok Erlenmeyer.
v Pipet
Alat untuk mengambil indicator, ingat 1 pipet volumenya kira-kira 1 mL
Alat untuk mengambil indicator, ingat 1 pipet volumenya kira-kira 1 mL
v Statif
Alat untuk meletakkan buret agar bisa berdiri tegak, sebelum meletakkan buret ke statis ada baiknya anda melapisi dengan kertas atau tisu agar pegangan statis tidak langsung kena dinding luar buret,
Alat untuk meletakkan buret agar bisa berdiri tegak, sebelum meletakkan buret ke statis ada baiknya anda melapisi dengan kertas atau tisu agar pegangan statis tidak langsung kena dinding luar buret,
v Labu Ukur
Digunakan pada untuk membuat larutan standar.
Digunakan pada untuk membuat larutan standar.
“ingat
waktu menambahkan pelarut”
v Pipet Ukur
Ingat untuk mengambil larutan analit dengan volume tertentu misalnya 10 mL, 20 mL
Ingat untuk mengambil larutan analit dengan volume tertentu misalnya 10 mL, 20 mL
v Karet Penghisap
Alat ini digunakan untuk menghisap larutan pada waktu kita mengambil larutan dengan menggunakan pipet ukur
Alat ini digunakan untuk menghisap larutan pada waktu kita mengambil larutan dengan menggunakan pipet ukur
v pH
meter
Langkah-langkah titrasi
1) Siapkan larutan yang akan
ditentukan molaritasnya. Pipet
larutan tersebut ke dalam
erlenmeyer dengan menggunakan
pipet volume.
2) Pilih indikator berdasarkan
trayek pH dan perubahan warna
indikator untuk memudahkan
pengamatan. Tambahkan
beberapa tetes pada larutan.
3) Tambahkan zat penitrasi
setetes demi setetes dengan selalu
menggoyangkan erlenmeyer agar
terjadi reaksi sempurna.
4) Sesekali, pinggiran
erlenmeyer dibilas agar zat yang bereaksi
tidak menempel di dinding
erlenmeyer.
5) Ketika mendekati titik
ekuivalen, penambahan zat penitrasi
dilakukan dengan sangat
hati-hati. Buka kran buret, peniter
yang keluar jangan sampai
menetes, tetapi ditempelkan pada
dinding erlenmeyer kemudian
bilas dan goyangkan. Ada
baiknya titrasi dilakukan
sebanyak dua atau tiga kali (duplo
atau triplo). Apa zat penitrasi
itu? Zat penitrasi adalah zat
yang ditambahkan ketika kita
melakukan titrasi.
6) Hitung molaritas larutan,
jika telah diketahui tidak usah.
7)ukur pH dengan menggunakan
cara manual, atau dengan alat ukur pH misalnya dengan pH meter
-Cara
perhitungan molaritas zat yang dititrasi
Titrasi
KOH dengan volume 500 mL oleh HCl 0,1 M dengan volume 500mL
Penyelesaian:
Persamaan
reaksi
KOH(aq) + HCl (aq) KCl
(aq)+ H2O (l)
n HCl=
MxV = 0,1 Mx 500 mL = 50 mmol
n KOH =
koefisien KOH/koefisien HCl x n HCl = 1/1 x 50 mmol = 50 mmol
M KOH=
n/V = 50mmol/500mL= 0,1 M
Langkah-langkah Titrasi Basa
kuat oleh Asam kuat
indikator metil
merah dapat digunakan untuk menentukan titik akhir titrasipada reaksi
penetralan basa kuat oleh asam kuat. Misalnya , titrasi KOH 0,1 M (basa kuat)
oleh HCl 0,1 asam kuat. Data titrasi tersebut dapat anda pelajari pada tabel
7.3 berikut
Volume
HCl 0.1 M (ml)
|
pH
|
0
|
13,00
|
10
|
12,83
|
20
|
12,63
|
30
|
12,40
|
40
|
12,05
|
50
|
7.00
|
60
|
2,04
|
70
|
1,78
|
80
|
1,64
|
90
|
1,54
|
100
|
1,48
|
-pembuktian pH
pada tabel secara manual
Dik. V KOH = 50 mL
M KOH= 0.1 M
M HCl= 0,1 M
Contoh pada volume HCl= 0
Dit. pH
Peny.
Persamaan
reaksi
KOH(aq) + HCl (aq) KCl
(aq)+ H2O (l)
Jumlah mmol KOH =
MxV = 0,1 Mx 50mL = 5 mmol
Jumlah mmol HCl =
MxV = 0,1 x 0 = O mmol
Yang bersisa
adalah KOH karena jumlah mmolnya lebih besar.
Jumlah mmol KOH
sisa = 5-0 mmol = 5 mmol
Berdasarkan pada
tabel 7.3, diperoleh kurva plot pH larutan sebagai fungsi dari volume larutan
penetrasi sbb:
Pada awalnya,
dalam labu Erlenmeyer hanya terdapat 50 ml larutan KOH 0,1 M dan beberapa tetes
indicator metal merah (trayek pH = 4,2-6,3). Konsentrasi KOH adalah 0,1 M ,
berarti pH = 13. Pada suasana basa, indicator metal merah berwarna kuning.
Penambahan larutan asam( HCl 0,1M) akan menurunkan pH larutan. Titik ekivalen
tercapai pada penambahan 50 ml HCl 0,1 M (pH=7). Pada keadaan ini, indicator
metal merah belum berubah warna (masih kuning). Setelah itu, panambahan HCl
menyebabkan nilai pH larutan turun sehingga indicator menjadi merah.