Kamu kuliah di kedokteran saja mumpung ada biayanya!
Kemaren-kemaren
saya ngerasa, saya adalah orang paling beruntung. Tepatnya saat saya mendengar
seorang pembicara di salah satu acara , orang itu bilang, “pilihlah jurusan
karena passion mu atau minatmu jangan karena lihat jurusan itu keren. Yah kalau
dipaksa orang tua untuk milih satu jurusan tertentu, yakinkan mereka kalau itu
tidak sesuai dengan minatmu”. Perkataan orang itu langsung saya jawab dalam
hati, “iya, iya. Saya sudah tahu kok. Makanya saya milih jurusan fisika di
fakultas FMIPA karena itu sesuai banget dengan saya yang suka hitung-hitungan
dan benci dengan hapalan. Masalah orang tua? Yee mereka udah mendukung kok,
hahaha”. Sambil senyam-senyum. Kenapa ngerasa beruntung ? Karena saya sempat dengar
beberapa orang disamping saya yang lagi cerita sama temannya kalo mereka
dipaksa oleh orangtuanya kuliah di jurusan yang mereka tidak suka.
Tapi
kemalangan pun terjadi. Suatu hari bapak saya bilang, “jurusan kedokteranmo kau
pilih, mangking nia’na doe!’”(bacanya: jurusan kedokteran saja kamu pilih
mumpung ada uang!). Dengan tegas saya ngebantah, “nda mau jka pak, …”(bacanya :
saya tidak mau pak). Belum selesai saya bicara,”ehh, pokoknya kedokteranmo,
taua anjo ero’ na tena doe’na na kau, mangking nia’naja. Erokko anjari apa
pale?, kedokteranmo pasti-pastia!“(bacanya: ehh, pokoknya kedokteran saja,
orang lain itu mau masuk tapi tidak ada uangnya tapi kamu, mumpung ada. Kamu
mau jurusan apa? Kedokteran saja yang sudah pasti!). Lalu saya diam tanpa kata.
Dalam hati lagi bilang, “sekarang saya bukan lagi orang yang beruntung, tapi
orang yang super super *tittt (kata sial kan di sensor yah, eh).
Emang
situ yang jalanin? Emangnya kalo saya jadi dokter bisa saya nikmatin apa? Oh
tidaklah. Astagfirullah kasar yah bahasanya, tapi itu bicara dalam hati kok.
Yang saya pikirkan sekarang adalah bagaimana caranya ngomong yang baik,sopan,
dan dapat menggugah hati bapak saya sehingga beliau mengerti jikalau saya tidak
menyukai dan tidak menginginkan kuliah di jurusan kedokteran(mendadak formal
bahasanya, heh). Pikiran saya lagi kacau, masalahnya restu orangtua adalah
restunya Allah. Saya sempat berpikir bahwa orangtua saya telah merestui
pernikahan kami eh ralat telah merestui pilihan jurusan saya(kacau betul), tapi
ternyata tidak. Eh sebenarnya memang udah direstui tapi lupa kalo yang restui
itu Cuma ibu saya, kalo Cuma satu yang restui kan pernikahan tidak bisa
dilangsungkan eh aduh salah lagi. Saya ganti kata restui deh jadi menyetujui
supaya nggak salah (penulisnya oon yah padahal tinggal hapus saja kalo salah).
Intinya orang yang mencari nafkah buat keluarga saya tidak menyetujui pemilihan
jurusan saya dan menginginkan saya kuliah di jurusan kedokteran dan tugas saya
adalah meyakinkan beliau bahwa kedokteran tidak cocok akan diriku seperti
diriku tidak cocok akan kedokteran, bismillah.
Saya
akan mulai merencanakan alasan-alasan mengapa saya tidak menyukai dan tidak
menginginkan kuliah di fakultas kedokteran(baru ingat kedokteran kan fakultas
yah bukan jurusan, eh anggap saja yang diatas tulisannya fakultas.ok). saya
sudah punya alasan-alasan itu, yaitu:
1.
Otak dan minat
Otak saya yang terpakai sepertinya
cenderung otak kiri karena saya lemah dalam hal menghapal sesuatu, tetapi
gampang menerima informasi yang berupa angka. Selain itu, minat saya ada pada
pelajaran yang berupa hitung-hitungan seperti yang telah saya kemukakan
sebelumnya. Untuk bukti bahwa minat saya di hitung-hitungan adalah jurusan SMA
saya sekarang yaitu IPA. Saya tidak memilih jurusan ips yang kebanyakan
menghapal, yah walaupun di jurusan ipa ada menghapalnya juga tapi tidak
sebanyak jurusan ips. Yang saya tahu di kedokteran hapalan banyak, yang dihapal
juga bukan kata-kata yang gampang dihapal (saya tidak tahu banyak sih tentang
kedokteran, namanya juga tidak diminati).
2.
Tidak suka tempat kerjanya kalau sudah lulus
Kalau dokter kerja dimana sih? Rumah sakit
kan pada umumnya. Nah, rumah sakit adalah tempat paling membosankan menurut
saya(maaf yah yang kerja di rumah sakit atau yang pengen kerja di rumah sakit).
Kenapa? Setiap hari ada pasien, setiap hari juga kita bekerja dan kita tidak
bisa kreatif. Maksudnya, hari ini kita rawat pasien dengan gejala begini
penanganannya harus sama kan yah setiap pasien dengan gejala yang sama sesuai
aturan yang ditentukan agar semuanya sembuh. Bandingkan dengan di dunia
pendidikan yang kita dapat bekreasi menentukan metode paling pas, menyenangkan,
dan efektif dalam belajar. Apalagi setiap generasi baru memiliki keunikan yang
berbeda sehingga metode yang diterapkan harus selalu diperbaharui. Tapi ini
murni sudut pandang saya tolong jangan ada yang protes.
3.
Belum tentu lulus
Biaya memang penting dalam melaksanakan
kuliah tapi jika saya mendaftar di fakultas yang peminatnya ribuan orang tanpa
ada minat tulus dari saya. Apakah bisa lulus?!
4.
Kuliah dan Kerja tanpa dinikmati seperti nyobain
masakan ngga enak tapi terpaksa bilang enak
Kalo kita lagi makan malam sama mertua
pasti jaga sikap dan perasaan mertua. Nah loh, hubungannya apa?. Nih yah pas
cobain makanan bikinan mertua yang tidak enak, apa berani ngomong? Pasti ngga,
takut di pecat sebagai menantu,hoh. Seperti itulah kalau kita kuliah dan
nantinya bakalan berkecimpung di pekerjaan yang tidak kita sukai, kita tidak
pernah menikmati kuliah dan kerjaan kita. Keterpaksaan menjalani sesuatu
membuat kita berbohong pada diri kita dan orang lain.
5.
Saya mau masuk kuliah di jurusan Fisika fakultas
FMIPA
Seperti yang saya tulis di atas, saya ingin
kuliah di jurusan Fisika fakultas FMIPA. Universitasnya? Saya punya tiga
pilihan yaitu : ITB (institut Teknologi Bandung) dengan passing grade 40,93%,
UNHAS(universitas Hasanuddin) dengan passing grade 25,77%, atau UNM(universitas
negeri makassar) dengan passing grade 26,83%. Pembaca doakan saya lulus di
salah satu pilihan itu yah, amin. Tapi doakan bisa “LULUS DI ITB” pengen banget
kuliah di sana. Eits bukan karena univ. itu keren yah (tapi emang keren sih)
tapi karena saya ingin mengenyam pendidikan yang setara dengan orang-orang di
pulau Jawa yang katanya jauh lebih bagus, kenapa harus ITB? Yah karena
baru-baru ini saya sudah mengikuti sosialisasi tentang Univ. itu. kalau ada
tempat kuliah yang sudah dikenal ngapain nyari yang lain. Tak kenal maka tak
sayang!.
Mudah-mudahan setelah mengemukakan
alasan-alasan diatas bapak saya segera merestui eh menyetujui pilihan jurusan
saya dan tidak memaksa saya masuk kuliah fakultas kedokteran. Amin ya
Allah. Atau saya kasih liat tulisan ini
saja yah,entahlah. Semoga tulisan saya menginspirasi bagi orang-orang yang
bernasib sama dengan saya.
Makasih gan tips pilihan jurusannya
oya kunjungi blog saya ya di
Ikubaru's Blogzia
Makasih :D